Museum, Riwayatmu Kini

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi


Belakangan ini, museum cenderung kurang diminati masyarakat sebagai pilihan tempat untuk berekreasi menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Banyak orang tua yang cenderung memilih mall sebagai tempat hiburan bersama anak-anak mereka karena selain bisa sekalian berbelanja kebutuhan rumah tangga, di mall juga terdapat tempat bermain untuk anak-anak. Selain mall, kolam renang semacam water boom juga banyak diminati oleh anak-anak karena beragamnya pilihan alat permainan. Sementara, tempat museum sama sekali tidak menjadi pilihan utama, bahkan seringkali diabaikan oleh sebagian orang tua.

Kita melihat bahwa museum kurang mendapatkan tempat di hati masyarakat, karena bagi mereka museum tidak memberikan hiburan yang menarik dan menyenangkan. Dalam benak masyarakat, museum tidak lebih sebagai tempat yang kumuh dan tidak menampilkan panoroma yang indah bagi keindahan mata. Tidak heran bila sangat jarang sekali anak-anak diajak orangtuanya ke museum, padahal selain tiketnya yang sangat murah dan terjangkau, anak-anak kita dapat belajar dan mengetahui banyak hal di museum.

Saya mencermati memang museum menampilkan kesan kumuh karena tempatnya tidak terawat dengan baik serta suasana yang membosankan menyebabkan orangtua enggan untuk mengajak anak-anaknya untuk berkunjung ke museum. Museum biasanya hanya dikunjungi oleh rombongan sekolah yang tengah mengadakan study tour, itu pun tidak serta merta membuat para anak didik menjadi tertarik pada museum. Biasanya mereka akan di beri lembar tugas dan akan mencari jawabannya dengan bertanya pada guide atau pemandu di museum tersebut sehingga kunjungan ke museum hanya sebatas untuk memenuhi tugas sekolah. Asumsi semacam ini mencerminkan museum belum memiliki daya pikat yang menarik bagi anak-anak, karena bagi mereka museum tidak lebih sebagai tempat penyimpanan cagar budaya maupun warisan sejarah yang masih ada.

Padahal, museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Berawal dari museum ini, generasi muda bisa mengenal warisan nenek moyang mereka yang unik dan menakjubkan, karena menampilkan ornamen-ornamen menarik yang jarang kita lihat saat ini. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan menempatkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik, terutama kepada generasi muda agar lebih mengenal, mencintai, dan mengunjungi museum dengan suka rela dan ketulusan hati.

Bagi saya, museum merupakan wahana pendidikan yang memberikan pembelajaran tentang makna warisan kebudayaan yang monomental dan memberikan nilai positif bagi kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang mereka. Dengan kata lain, museum merupakan bagian dari media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif. Ini karena, Indonesia juga dikenal memiliki keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi.

Momentum Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah langkah awal untuk memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan Revitalisasi Museum yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Di Yogyakarta, misalnya, kita mengenal museum Afandi yang mencerminkan warisan seni rupa dan seni lukis yang cukup monomental, karena memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pelestarian budaya dan seni di kota pendidikan ini. Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta memang dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki banyak museum yang tersebar di sekitar keraton Jogja dan lingkungan sekitar. Ini karena, Yogyakarta merupakan bagian dari kerajaan masa lalu yang sangat terkenal berkat kemampuannya dalam menjaga warisan budaya dari nenek moyang mereka.

Di titik ini, museum Afandi, misalnya, mencerminkan kekayaan sejarah dan kreativitas anak bangsa yang mampu menampilkan seni lukis yang sangat menakjubkan dan memberikan daya pikat yang luar biasa. Kendati demikian, eksistensi museum ternyata dihadapkan pada satu persoalan pelik yang mengancam kepunahan warisan lelulur kita. Ancaman kepunahan itu akibat maraknya kebutuhan ruang dan penjualan sejumlah bangunan cagar budaya di berbagai museum di Yogyakarta maupun Jawa Tengah.

Sebagai warisan sejarah, museum yang menampilkan beragama cagar budaya perlu dipelihara dan dilestarikan dengan penuh kepedulian dan perhatian secara sungguh-sungguh. Ini karena, museum merupakan warisan paling monumental yang memotret kekayaan budaya dan tradisi nenek moyang kita terdahulu guna memberikan secercah harapan bagi terciptanya bangunan kebudayaan dan peradaban bangsa yang cemerlang.

Dalam mewujudkan gerakan cinta museum, semua pihak harus bersatu untuk mendorong generasi muda agar terbiasa mengenal, mencinta, dan mengunjungi museum dengan suka rela. Kepedulian generasi muda sangat menentukan terhadap eksistensi museum agar tetap terpelihara dengan baik, terutama bagaimana mengelola beragam cagar budaya yang ada di museum tersebut. Salah satu strategi alternatif untuk menghindari ancaman cagar budaya secara berkelanjutan adalah dengan mendorong generasi muda agar terlibat langsung dalam sosialisasi pelestarian berbagai bangunan cagar budaya yang dianggap memiliki nilai sejarah monumental. Kurangnya minat dan perhatian generasi muda untuk mengungjungi museum, menyebabkan mereka kurang peduli terhadap warisan cagar budaya yang membuat mereka acuh tak acuh untuk sekedar mencermati dan memantau keberadaan situs-situs bersejarah itu.

Di titik ini, keterlibatan dan partisipasi generasi muda dalam gerakan cinta museum dan pelestarian cagar budaya sangat penting guna menumbuhkan kesadaran dan persaan memiliki agar terus menerus mensosialisasikan kepada masyarakat secara langsung. Sosialisasi tentang gerakan cinta museum dan pelestarian cagar budaya ini bisa mendorong partisipasi masyarakat yang belum tahu tentang situs-situs yang bernilai sejarah di meseum sehingga mereka bisa memantau keberadaannya dan mencegah sebisa mungkin dari ancaman kepunahan dan pemusnahan.

Mohammad Takdir Ilahi, Staf Riset The Mukti Institute Yogyakarta. Alamat: Gg. Ori 02. No. 6-F Papringan Depok Sleman Yogyakarta. Emael. tkdr_ilahi@yahoo.co.id. No.Hp 08179445575.

Komentar

Postingan Populer