Urgensi Gizi bagi Kecerdasan Anak
Tahukah Anda bahwa gizi menjadi penting bagi
tunas-tunas bangsa? Persoalan gizi patut menjadi refleksi kritis bagi semua
pihak untuk lebih meningkatkan kepedulian dan perhatian terhadap masa depan
balita Indonesia yang kekurangan gizi. Rendahnya rasa kepedulian dan menurunnya
sifat gotong royong dalam kehidupan masyarakat, membuat anak balita yang
menjadi harapan bangsa tidak memperoleh pelayanan dan kebutuhan gizi yang
memadai. Bila Anda mendengar dan mencermati maraknya kasus gizi buruk, ibu
meninggal karena persalinan dan lansia yang terlantar di usia senjanya, hal itu
sungguh sangat miris dan memprihatinkan.
Padahal, masalah gizi pada balita menjadi masalah
besar, karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya
angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Lebih jauh lagi, kerawanan gizi
dapat mengancam kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang sehingga
tunas-tunas peradaban bangsa ini akan kehilangan potensi lahiriahnya.
Sebagai penerus estafet kepemimpinan bangsa, usia
balita menjadi momentum emas untuk mencetak kader-kader pemimpin yang sehat,
tangguh, dan tegar dalam menghadapi goncangan apa pun. Pada usia balita ini,
tunas-tunas bangsa dapat dibekali dengan peningkatan gizi yang mencukupi agar
tidak terserang penyakit yang dapat mengurangi tingkat kekebalan tubuh ketika
sudah dewasa, semisal diare maupun panas tinggi yang tidak henti-hentinya
menurunkan kekuatan fisik balita sehingga ujung-ujungnya menjadi antiklimaks
bagi kesehatannya di masa depan.
Kasus gizi buruk harus menjadi perhatian dari Dinas
Kesehatan untuk melakukan kontrol dan pengawasan yang disertai dengan
pengecekan kesehatan anak balita, terutama di pelosok pedesaan yang tidak
memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Tidak heran bila kasus gizi buruk di
pedesaan semakin mengalami peningkatan yang cukup siginifikan sehingga
menyebabkan status rawan gizi perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Dalam konteks ini, ancaman
gizi buruk di sejumlah daerah menjadi persoalan serius yang harus diantisipasi
oleh pemerintah. Semisal, balita dengan gizi buruk masih menjadi persoalan
penting di Provinsi Jambi, yang menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, berada
di ranking 15 atau sedikit lebih buruk dari rata-rata nasional. Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi Andi Pada mengungkapkan, pada April 2010 saja
ditemukan 108 kasus balita gizi buruk di Jambi. Temuan sepanjang empat bulan
pertama 2010 itu menunjukkan peningkatan drastis dibanding sepanjang 2009 yang
hanya 100 kasus. (Republika,
24/01/2011).
Data GHI
2010 mengindikasikan bahwa gizi buruk anak adalah penyebab terbesar wabah
kelaparan seluruh dunia dan kini sudah melalui fase yang sangat membahayakan.
Peringkat serius yang disematkan FAO pada masalah gizi buruk hanya satu setrip
di bawah level mengkhawatirkan di dalamnya termasuk berbagai negara Sub Sahara
Afrika yang selama ini selalu diposisikan sebagai negara gagal (failed
state). Data itu menyebutkan Indonesia selevel dengan Papua Nugini,
Burundi, Chad, dan negara lainnya yang masuk dalam pengawasan intensif oleh
FAO.
Permasalahan gizi buruk
menjadi ganjalan dalam progam MDGS di Indonesia, sehingga angka kematian ibu
melahirkan juga menjadi problem krusial yang memperihatinkan. Ini karena, kasus
kematian ibu melahirkan masih cukup tinggi. Pada 2015 angka kematian ibu melahirkan
ditargetkan menurun menjadi 103 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu
melahirkan saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000
kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia mampu melakukan penurunan dari angka
300 per 100.000 kelahiran pada 2004.
Di tengah permasalahan itu,
potret gizi Indonesia harus menjadi perhatian pemerintah guna melakukan
tindakan antisipatif dalam rangka memberikan sosialisasi tentang pentingnya
peningkatan gizi bagi anak balita. Langkah antisipatif itu perlu dilakukan,
karena permasalahan gizi buruk seolah-oleh telah menjadi sindrom bagi rakyat
miskin yang tidak memiliki kekuatan finansial untuk memberikan vitamin dan
makanan yang bergizi bagi anak-anak mereka. Bahkan, seringkali kita melihat
banyaknya anak balita yang terpaksa diberi makanan yang tidak layak dikonsumsi
sehingga menyebabkan anak kekurangan gizi yang sangat berdampak pada
kesehatannya.
Melihat permasalahan gizi buruk yang menimpa anak
Indonesia, Anda dan sangat tentu sangat prihatin dengan masa depan mereka
kelak. Keperihatinan itu didasarkan pada peningkatan jumlah anak balita yang
meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Strategi penanggulangan gizi buruk
perlu dilakukan dalam memberikan kesadaran kepada orang tua akan pentingnya
makanan yang mengandung suplemen maupun vitamin bagi kebugaran dan kekebalan
fisik anak balita.
Kendati demikian, pemerintah tidak boleh lepas
tangan melihat permasalahan gizi buruk yang menimpa anak Indonesia. Melalui
Dinas Kesehatan, pemerintah perlu mengintruksikan pelayanan kesehatan bagi anak
balita agar mendapatkan suplemen maupun vitamin yang dapat memperkuat
keseimbangan tubuh anak. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan di berbagai daerah
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengontrol dan mengawasi kesehatan
anak balita yang kekurangan gizi. Dengan begitu, dapat terjadi sinergitas
antara peran orang tua dan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan gizi
buruk bagi anak balita Indonesia.
Melalui Dinas Kesehatan, kita bisa memanfaatkan
layanan kesehatan yang ada di daerah, semisal puskesmas, pustu, puskesdas,
maupun posyandu yang dapat memberikan sosialisasi kesehatan bagi masyarakat di
pedesaan. Namun, terkadang para orang tua jarang sekali memanfaatkan layanan
kesehatan yang sudah disediakan pemerintah setempat. Akibatkanya, kondisi
kesehatan masyarakat terutama balita tidak dapat terkontrol.
Penanganan kasus gizi buruk mesti dioptimalisasikan
secara lintas sektoral melalui pengembangan dan pemberdayaan kesehatan bagi
masyarakat. Strategi pemerintah dalam menanggulangi kasus gizi buruk dapat
dilakukan melalui program desa siaga, yang bertujuan meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, serta meningkatkan
kemampuan dan kemauan masyarakat desa menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan.
Lalu kenapa penangangan gizi perlu mendapatkan
perhatian? Apa dampaknya bagi kecerdasan anak? Kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk menggambungkan informasi yang diperoleh, serta kemampuan
menyesuaikan dengan situasi yang cepat dan efektif. Kecerdasan berkaitan
langsung dengan kemampuan berpikir. Anak yang cerdas adalah anak yang tanggap,
cepat paham, dan mampu menyelesaikan masalah-masalah tertentu dengan sangat
mudah.
Kecerdasan merupakan salah satu fase dari
perkembangan otak anak. Yang perlu ditekankan, kecerdasan adalah proses panjang
dan berkesinambungan sehingga para ahli menganjurkan setiap anak harus
mendapatkan gizi yang seimbang, beragam, dan mengandung empat sehat lima
sempurna. Dengan gizi yang seimbang, kecerdasan anak akan semakin cepat
berkembang dan mampu menangkap setiap pengetahuan yang diperolehnya.
Bila Anda mencermati bahwa otak
manusia merupakan organ yang paling rumit dan paling istimewa dibandingkan
dengan organ lainnya. Otak, secara struktur merupakan kumpulan dari jaringan
syaraf, dan terdiri dari sekitar 50 miliar sel. Bersama-sama sumsum tulang
belakang, otak membentuk sistem syaraf pusat. Perkembangan susunan saraf
tersebut secara normal berlangsung sejak usia kandungan 25 hari hingga saat
lahir. Namun, laju kecepatan tumbuh kembang otak tersebut dapat mengalami
gangguan. Salah satu faktor yang dapat mengganggu adalah status gizi ibu yang
mengandung dan menyusui, serta status gizi anaknya sendiri.
Kecerdasan anak sangat ditentukan
oleh bagaimana perkembangan dan pertumbuhan otaknya saat dalam kandungan dan
setelah kelahiran. Gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan merupakan penentu
utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak dari sejak dalam kandungan sampai
fase tersebut selesai. Kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius
seperti kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan,
kekurangan gairah belajar, menurunnya produktivitas dan kreativitas, serta
meningkatnya risiko penyakit karena daya tubuh menurun.
Masa bayi sampai usia lima tahun
yang relatif pendek merupakan kurun usia yang sangat penting dan kritis dalam
kehidupan anak, karena sarat dengan proses tumbuh-kembang fisik dan psikososial
yang berlangsung cepat, dan masa ini tidak pernah berulang. Masa lima tahun
pertama ini merupakan masa keemasan yang menentukan bagi tumbuh-kembang dan
pertumbuhan otak. Gizi yang baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik
dan perkembangan mental, melindungi kesehatannya, serta meletakkan fondasi
untuk masa depan produktivitas anak. Oleh sebab itu, pemberian gizi untuk anak
menjadi kewajiban yang harus diperhatikan oleh para orangtua.
Komentar
Posting Komentar
isilah komentar tentang blog saya