Meremajakan Hutan Kita

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

Isu pemanasan global patut dijadikan sebagai spirit luar biasa dalam merefleksikan diri secara kritis tentang kondisi hutan kita yang semakin gundul. Betapa tidak, hutan kita yang pada awalnya penuh dengan aneka pepohonan, semakin berguguran ditimpa kepunahan dan kehancuran. Padahal, keberadaan pohon-pohon di sekitar hutan kita merupakan dimensi kehidupan yang cukup vital guna menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian pohon yang beraneka ragam.

Semakin berkembangnya alat tekonologi modern, bukan memberikan jaminan kelestarian pepohonan yang terdapat di hutan belantara, tapi justru semakin menenggelamkan ekosistem pohon dan lingkungan yang kita cintai. Terbukti, di sekitar rumah kita, banyak sekali pohon-pohon yang menjadi korban kebengisan manusia yang tidak memiliki kepedulian terhadap keasrian dan kelestarian alam semesta.

Di pinggir-pinggir jalan raya pun, keberadaan pohon-pohon semakin berkurang, bahkan banyak yang bertumbangan akibat ulah eksploitatif manusia yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula dengan pohon-pohon yang ada di sekitar hutan sangat mengenaskan akibat dijarah oleh tangan-tangan kapitalis yang sangat bengis dan banal. Sungguh sangat memilikukan, jika keberadaan pohon-pohon kita terus dijarah dan digunduli sehingga akibatnya pun menebar bencana maut yang menghantan keselamatan alam dan manusia.

Apabila ekosistem pepohonan semakin berkurang, maka tidak menutup kemungkinan keselamatan jiwa manusia akan terancam. Salah satu dampaknya yang paling krusial adalah terjadinya banjir besar, tanah longsor, dan bencana alam yang lain. Jika itu terjadi, ancaman kepunahan yang lebih besar bisa menghancurkan ekosistem lingkungan kita sendiri.

Andaikan ada planet yang sebagus dan semakmur planet bumi, barangkali banyak diantara manusia yang berkeinginan untuk pindah menuju planet “baru” itu. Betapa tidak, kondisi planet bumi saat sekarang sedang mengalami masalah besar, karena tempat dimana kita tinggal dan berpijak diwarnai dengan beragam bencana yang bisa mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup ummat manusia. Itu semua akibat sikap eksploitatif kita yang terus menerus menebang pohon di hutan tanpa mempertimbangkan resiko akan terjadi kemudian.

Gerakan Menanam Pohon

Semakin banyak pohon-pohon yang bertumbangan, maka semakin besar pula perhatian dan kepedulian kita untuk menawarkan solusi alternatif terhadap kerusakan hutan. Salah satunya adalah dengan gerakan Indonesia Hijau Berseri yang mendapat respon sangat baik dari berbagai kalangan, terutama bagi aktifis lingkungan hidup yang sangat kompeten.

Di Jawa Tengah dan DIY, misalnya, memiliki lahan ribuan hektare. Harus diakui, sebagian lahan-lahan yang selama ini digunakan oleh masyarakat belumlah hijau, sehingga perlu peremajaan kembali agar tetap lestari dan asri. Bahkan, bukan sekadar mengharapkan kelestarian lahan-lahan tersebut, melainkan juga perlu melakukan konservasi yang bisa berdampak positif terhadap perbaikan kualitas lingkungan hidup.
Hal lain yang penting dilakukan bukan sekadar gerakan menanam, tetapi juga pemeliharaan. Apalah artinya ditanam ribuan bibit, manakala dalam beberapa minggu kemudian sebagian besar pohonnya mati. Untuk itulah, kita perlu bersepakat tentang pentingnya pemeliharaan pasca tanam.

Dalam kaitan tersebut, kita menginginkan bahwa kerusakan hutan yang sedemikian parah membutuhkan gerakan menanam pohon yang serius dan konsisten. Kita bisa melihat, lahan dan hutan yang gundul bisa mempermudah musibah tanah longsor dan banjir yang datang secara tiba-tiba. Bahkan, bukan hanya lereng gunung saja yang longsor atau pun banjir, tetapi juga lereng-lereng di berbagai sungai juga menerima dampaknya. Apalagi sedimentasi di ribuan sungai juga berlangsung amat cepat, sehingga memudahkan terjadi banjir di berbagai tempat.

Itulah sebabnya, gerakan menanam pohon perlu dimaknai sebagai sebuah gerakan yang menginginkan bahwa setiap orang merasa perlu untuk ikut terlibat. Merasa terlibat pada akhirnya merasa perlu ikut bertanggungjawab guna memperbaiki kualitas lahan dan hutan kita yang semakin parah.

Menggugah Kesadaran

Kita perlu menggugah kesadaran dan kepedulian setiap orang guna menyelamatkan pohon-pohon yang semakin terbenam oleh kerakusan manusia, baik yang ada di lingkungan kita atau pun yang ada di hutan belantara. Berbagai persoalan menyangkut penebangan hutan liar, kebakaran hutan, dan erosi lingkungan turut memperparah kondisi hutan kita. Padahal, hutan berfungsi menjaga sistem keseimbangan hidup dan lingkungan.

Dalam ranah potensi, hutan kita memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa, bahkan kita juga memiliki keanekaragaman hayati dengan segala keindahannya. Tak salah, jika Indonesia yang berada ditengah-tengah zamrud khatulistiwa disebut sebagai paruh-paruh dunia, yang merupakan tempat strategis dan potensial dari hal kekayaan alamnya.

Tahukah kita, bahwa tiap tahun di berbagai daerah mengalami banjir dan pada akhirnya 1,1 juta hektar hutan di Indonesia rusak total. Pada implikasi yang lain, laju pertumbuhan konsumsi air Indonesia bertambah menjadi 6,7% per tahun. Dengan kata lain, Indonesia telah terjadi degradasi air akibat pertambangan, perambahan hutan, eksploitasi air, pencemaran lingkungan, dan populasi udara yang makin parah.

Faktanya, pemerintah sekarang terkesan kurang peduli terhadap kondisi hutan dan lingkungan hidup rakyatnya. Padahal, kunci utamanya dalam pelestarian hutan adalah terletak pada komitmen pemerintah dalam mencanangkan pencegahan terhadap berbagai persoalan lingkungan yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa di segala sektor, termasuk pelestarian lingkungan.

Maka tak heran, bila kerusakan hutan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stocholm, Swedia, pada tanggal 15 Juli 1972. Sedang di Indonesia, tonggak sejarah masalah kerusakan hutan dan lingkungan hidup dimulai dengan dilaksanakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15-18 Mei 1972.

Persoalan lingkungan di atas, menurut saya, adalah isu kontemporer (morning issue) yang mengemuka dan populer di kalangan para aktifis lingkungan. Ini karena, dampak yang akan terjadi, akan merambah pada seluruh penduduk alam semesta ini, dan jika persoalan tersebut dibiarkan begitu saja di tengah tuntutan pembangunan industri dan limbah, maka implikasinya akan benar-benar menjadi sindrom kehidupan yang tak terbantahkan.

Mohammad Takdir Ilahi, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Peneliti Utama The Annuqayah Institute Yogyakarta, Alamat: Gg. Ori 02. No. 6-F Papringan Depok Sleman Yogyakarta. Emael. tkdr_ilahi@yahoo.co.id.

Komentar