Pendidikan Inklusif untuk Kaum Difabel

Judul             : Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi
Penulis          : Mohammad Takdir Ilahi
Penerbit        : Ar-Ruzz Media
Cetakan        : 1, September 2013
Tebal            : 204 hlm


Pendidikan Untuk Semua (Education for All) tampaknya harus menjadi komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan segenap potensi anak bangsa tanpa terkecuali, termasuk anak-anak difabel. Perhatian pemerintah terhadap anak difabel dari semua kalangan harus terus ditingkatkan jika bangsa ini memang peduli pada masa depan tunas-tunas bangsa yang memiliki kekurangan dalam segi fisik maupun mental.
Pendidikan tidak hanya diprioritaskan bagi anak-anak yang memiliki tingkat kejeniusan tinggi maupun anak-anak yang berasal dari keluarga kaya, akan tetapi juga bagi mareka yang dianggap berbeda dan terbelakang secara mental dari anak-anak normal lainnya. Jika pendidikan Indonesia tidak memperhatikan masa depan anak yang berkebutuhan khusus, maka bisa dipastikan mereka akan selalu termarginalkan dalam lingkungan mereka tinggal, apalagi untuk mendapatkan perlakuan khusus melalui pendidikan luar biasa yang memang diperuntukkan bagi anak-anak yang berkelainan.
Pendidikan bagi anak difabel memang sangat penting untuk menunjang kepercayaan mereka dalam mengikuti jenjang pendidikan sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki. Instrumen tentang jaminan pendidikan bagi semua kalangan tanpa terkecuali, sesungguhnya sudah menjadi komitmen bersama seluruh bangsa-bangsa untuk memperjuangkan hak dasar anak dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu hak azazi manusia yang dilindungi dan dijamin oleh berbagai instrumen hukum Internasional maupun nasional.
Buku“Pendidikan Inklusif: Konsep dan Aplikasi” bisa dijadikan pedoman bagi semua pihak terutama pemerintah untuk lebih memerhatikan masa depan disabled children agar memperoleh layanan pendidikan yang sama dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Buku ini menawarkan suatu paradigma baru dalam sistem pendidikan kita, yang meniscayakan keterbukaan secara luas bagi semua anak Indonesia yang hendak menempuh pendidikan formal di sekolah.
Dalam buku ini, disebutkan bahwa pendidikan inklusif tidak boleh terfokus pada kekurangan dan keterbatasan anak-anak difabel, melainkan harus mengacu pada kelebihan dan potensinya agar lebih berkembang. Sistem pendidikan ini memberikan sistem layanan yang mensyaratkan agar anak difabel dilayani di sekolah-sekolah terdekat maupun di sekolah reguler bersama dengan teman-teman sebaya mereka. Maka, dibutuhkan restrukturasi sekolah yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan khusus anak sehingga dapat menciptakan keseimbangan dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan sehingga mereka tidak merasa terpinggirkan (hlm. 28-29).
Dalam konteks pendidikan luar biasa di Indonesia, pendidikan inklusif bukanlah satu-satunya cara mendidik disabled children dengan maksud untuk mengantikan pendidikan segregasi yang sebelumnya dipakai sebagai konsep pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Melainkan, suatu alternatif, pilihan, inovasi, atau terobosan/pendekatan baru di samping pendidikan segregasi yang sudah berjalan lebih dari satu abad. Hal ini dikarenakan setting pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa di Indonesia menganut pendekatan “multi-track approach”.
Buku ini bermaksud ingin memperkenalkan landasan pendidikan inklusif bagi semua elemen masyarakat terkait dengan akses pendidikan bagi anak difabel. Konsep pendidikan inklusif memang terkesan teoritis, namun sesungguhnya mencerminkan kebijakan yang bersifat praktis bagi peningkatan kepercayaan diri dan motivasi anak yang mengalami frustasi dan putus asa karena merasa berbeda dengan anak normal lainnya. Dengan berbagai kebijakan dari program pendidikan inklusif, kita semua berharap bahwa kesempatan dan peluang untuk mengakses pendidikan yang layak semakin terbuka lebar sehingga mereka dapat mengoptimalkan segenap potensinya yang terpendam.
Permasalahannya sekarang adalah mereka membutuhkan penanganan secara serius dari pihak terkait, terutama orang tua, pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat untuk membangkitkan semangat pantang menyerah dalam menjalani kehidupan tanpa harus berkecil hati dengan keterbatasan yang dimiliki. Mereka harus didorong bahwa keterbatasan fisik jangan sampai dijadikan alasan untuk tidak kreatif atau putus sekolah. Justru dengan keterbatasan yang diberikan Tuhan akan semakin membuat mereka percaya diri dan tidak mudah putus asa dengan segala keterbatasan yang ada. Dibalik keterbatasan seseorang pasti tersimpan kelebihan yang tersembunyi dan tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh diri kita sendiri.
Dalam buku itu juga dijelaskan tentang prinsip dasar pendidikan inklusif disertai dengan gambaran mengenai pentingnya memperjuangkan hak asasi mereka dari sikap diskriminatif sekolah yang tidak memberikan akses layanan pendidikan sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik. Perjuangan mendapatkan pengakuan secara penuh dan perlakuan khusus adalah salah satu agenda penting yang mesti dijalankan guna menopang semangat mereka dalam mengikuti proses pembelajaran tanpa merasa ada hambatan yang menghadangnya.
Meski demikian, buku ini merupakan isu sensitif yang bisa melahirkan labeling negatif tentang apa yang disebut anak berkebutuhan khusus. Bisa jadi, pembahasan tentang anak difabel secara tidak disengaja telah membuat pelanggengan atas diskriminasi dan marginalisasi terhadap anak-anak yang mengalami kondisi gifted, difabel, cacat menta, tidak berkemampuan, dan lain sebagainya. Jangan sampai isu-isu sensitif ini memunculkan kesan tidak baik bagi nasib dan masa depan anak-anak difabel.

Komentar