Ibu Sebagai Sentrum Peradaban

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi*

Melalui peringatan Hari Ibu pada 22 Desember ini, kita diajak merefleksikan diri untuk mengingat betapa besarnya perjuangan seorang perempuan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan ketulusan hati dan tanpa mempedulikan keselamatan dirinya, ia rela berkorban demi keselamatan anak tercintanya. Sungguh mulia engkau perempuan, karena berani mempertaruhkan kehidupannya sendiri.

Pertaruhan seorang Ibu (perempuan) begitu tampak ketika akan melahirkan sang bayi. Di samping berusaha untuk melahirkan anaknya, ia juga berharap bahwa dirinya bisa selamat dari ancaman maut yang sedang menunggunya. Bagi seorang Ibu (perempuan) yang akan melahirkan, baginya hanya ada dua pilihan, yaitu hidup dan mati. Bagi seorang Ibu yang benar-benar sayang pada anaknya, ia lebih memilih anak yang dilahirkannya dapat selamat dengan baik walaupun harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Perjuangan seorang perempuan dalam kehidupan ini, tidak berhenti pada saat melahirkan seorang manusia. Namun, ia masih berjuang untuk membesarkan mahluk bernama manusia, agar menjadi anak yang sehat, segar, gagah, dan memiliki kecerdasan ketika sudah besar. Di waktu tengah malam, anaknya menangis dengan histeris, sedang seorang Ibu (perempuan) hendak tidur dengan nyenyak karena setiap harinya memberikan asuhan dan menjaganya dari mara bahaya.

Dengan ketulusan hati dan kebesaran jiwanya, ia rela bangun dan tidak tidur untuk meninabobokkan anak tercintanya. Walaupun dirinya sendiri tidak pernah istirihat, tapi kasih sayangnya yang besar membuatnya rela melakukan apa saja demi keselamatan buah hatinya yang masih kecil. Di samping itu, ketika anaknya kencing diperaduan sang Ibu (perempuan), ia tidak pernah mengeluh apalagi sampai marah kepada anaknya sendiri.

Ketika seorang anak sudah dewasa, perjuangan dan kasih sayang Ibu (perempuan) semakin bertambah besar. Sebab seorang Ibu (perempuan) mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan anaknya orang yang sukses dan bertanggung jawab terhadap masa depannya sendiri. Seorang Ibu (perempuan) mempunyai kewajiban untuk menyekolahkan anaknya dan mengajarinya amalan-amalan yang baik dan juga berusaha memberikan teladan yang sesuai dengan anjuran Islam.

Pengorbanan Tanpa Batas

Potret seorang Ibu adalah mencerminkan pengorbanan tanpa batas. Atas dasar perjuangannya yang sangat besar, ia rela mengorbankan apa saja demi keselamatan anak tercinta. Bahkan, nyawa pun yang sangat berharga dalam kehidupan ia berikan kepada belahan jiwanya agar tetap merasakan keindahan dunia ini.

Namun, kenyataan dilapangan banyak sekali seorang anak yang tidak pernah menghargai perjuangan dan pengorbanan seorang Ibu (perempuan). Dalam sejarah masa lalu, banyak anak yang telah membangkang terhadap perintah sang Ibu (perempuan), bahkan sampai pada tindakan durhaka sehingga menjadikan seorang Ibu merasakan sakit hati yang sangat mendalam. Semisal legenda Malin Kundang yang berani durhaka dan tidak mengakui terhadap asal-usulnya bahkan kepada Ibunya sendiri. Hanya karena kekayaan yang melimpah dan istri yang cantik, Malin tidak berani mengungkapkan asal-usulnya dengan alasan merasa malu kepada istrinya sendiri.

Dalam konteks masa kini, kita banyak menemukan peristiwa-peristiwa di media cetak maupun elektronik yang memberitakan seorang anak membunuh Ibunya sendiri, bahkan sampai memperkosa orang yang telah melahirkannya ke dunia. Sungguh suatu tindakan yang sangat memilukan dan disayangkan terjadi dalam kehidupan ini. Namun, apa daya, nafsu seorang anak yang tidak memiliki perasaan telah berani membunuh dan memperkosa Ibunya sendiri. Kita memang tidak menyangka, bahwa kejadian ini bisa terjadi.

Gambaran di atas, dapat kita jadikan kesempatan emas (golden opportunity) untuk terus menghayati bahwa tindakan seorang anak kepada Ibunya sangatlah tidak pantas. Yang perlu dilakukan oleh seorang anak adalah bagaimana mereka memberikan kebahagiaan dan penghormatan yang besar kepada Ibunya sendiri dengan ketulusan hati yang dalam.

Perjuangan yang telah dikobarkan serorang Ibu kepada setiap anak, tidak bisa ditebus dengan barang berharga pun, karena perjuangan dan pengorbanan seorang Ibu memiliki nilai yang sangat tinggi dan mulia dihadapan Tuhan. Sehingga tak salah kalau dalam hadits terdapat ungkapan, bahwa “surga ada ditelapak kaki seorang Ibu”.

Sentrum Peradaban

Saya berani mengatakan bahwa salah satu keajaiban dunia adalah perempuan. Bayangkan saja sesungguhnya peradaban dunia ini bermula dari mereka. Setiap perlakuan kita terhadap perempuan, maka itu akan mempengaruhi perilaku bayi yang dikandungnya. Artinya peradaban dan madrasah pertama, itu dimulai dari perempuan.

Dengan kata lain, awal mula kehidupan manusia semuanya bermula karena perempuan. Itulah sebabnya, kita patut menghargai jasa-jasa seorang Ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi kelahiran kita ke alam dunia. Bermula dari seorang perempuan, manusia lahir sebagai pewaris tahta bumi dan pemimpin peradaban dunia.

Pada titik inilah, seorang Ibu memainkan peranan penting dalam mendesain pelaku peradaban agar tunas-tunas peradaban itu menjadi pewaris peradaban yang tangguh, sehingga mereka bisa mengemban amanah peradaban ke depannya. Maka tidak ada salahnya juga kalau kita mengatakan bahwa ibu adalah sentrum peradaban. Sebagai sentrum peradaban, seorang Ibu masih menjadi harapan untuk memelihara seorang manusia ideal yang mampu mengubah wajah peradaban Indonesia yang semakin kelam diterpa badai perpecahan maupun persoalan kebangsaan lainnya.

Oleh karena itu, idiom “kasih Ibu sepanjang jalan” mesti dipahami dan direfleksikan oleh seorang anak. Dalam artian, bahwa kasih sayang seorang Ibu akan tetap kokoh sampai akhir kehidupannya. Sehingga, momentum Hari Ibu yang diperingati setiap tahun dapat dijadikan langkah awal untuk memberikan penghargaan yang besar atas perjuangan dan pengorbanan seorang Ibu. Kepada ibu peradaban, saya ucapkan selamat hari ibu!

Komentar