Urgensi Gizi bagi Kecerdasan Anak




Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

Tahukah Anda bahwa gizi menjadi penting bagi tunas-tunas bangsa? Persoalan gizi patut menjadi refleksi kritis bagi semua pihak untuk lebih meningkatkan kepedulian dan perhatian terhadap masa depan balita Indonesia yang kekurangan gizi. Rendahnya rasa kepedulian dan menurunnya sifat gotong royong dalam kehidupan masyarakat, membuat anak balita yang menjadi harapan bangsa tidak memperoleh pelayanan dan kebutuhan gizi yang memadai. Bila Anda mendengar dan mencermati maraknya kasus gizi buruk, ibu meninggal karena persalinan dan lansia yang terlantar di usia senjanya, hal itu sungguh sangat miris dan memprihatinkan.
Padahal, masalah gizi pada balita menjadi masalah besar, karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Lebih jauh lagi, kerawanan gizi dapat mengancam kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang sehingga tunas-tunas peradaban bangsa ini akan kehilangan potensi lahiriahnya.
Sebagai penerus estafet kepemimpinan bangsa, usia balita menjadi momentum emas untuk mencetak kader-kader pemimpin yang sehat, tangguh, dan tegar dalam menghadapi goncangan apa pun. Pada usia balita ini, tunas-tunas bangsa dapat dibekali dengan peningkatan gizi yang mencukupi agar tidak terserang penyakit yang dapat mengurangi tingkat kekebalan tubuh ketika sudah dewasa, semisal diare maupun panas tinggi yang tidak henti-hentinya menurunkan kekuatan fisik balita sehingga ujung-ujungnya menjadi antiklimaks bagi kesehatannya di masa depan.
Kasus gizi buruk harus menjadi perhatian dari Dinas Kesehatan untuk melakukan kontrol dan pengawasan yang disertai dengan pengecekan kesehatan anak balita, terutama di pelosok pedesaan yang tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Tidak heran bila kasus gizi buruk di pedesaan semakin mengalami peningkatan yang cukup siginifikan sehingga menyebabkan status rawan gizi perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Dalam konteks ini, ancaman gizi buruk di sejumlah daerah menjadi persoalan serius yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Semisal, balita dengan gizi buruk masih menjadi persoalan penting di Provinsi Jambi, yang menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, berada di ranking 15 atau sedikit lebih buruk dari rata-rata nasional. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Andi Pada mengungkapkan, pada April 2010 saja ditemukan 108 kasus balita gizi buruk di Jambi. Temuan sepanjang empat bulan pertama 2010 itu menunjukkan peningkatan drastis dibanding sepanjang 2009 yang hanya 100 kasus. (Republika, 24/01/2011).
Data GHI 2010 mengindikasikan bahwa gizi buruk anak adalah penyebab terbesar wabah kelaparan seluruh dunia dan kini sudah melalui fase yang sangat membahayakan. Peringkat serius yang disematkan FAO pada masalah gizi buruk hanya satu setrip di bawah level mengkhawatirkan di dalamnya termasuk berbagai negara Sub Sahara Afrika yang selama ini selalu diposisikan sebagai negara gagal (failed state). Data itu menyebutkan Indonesia selevel dengan Papua Nugini, Burundi, Chad, dan negara lainnya yang masuk dalam pengawasan intensif oleh FAO.
Permasalahan gizi buruk menjadi ganjalan dalam progam MDGS di Indonesia, sehingga angka kematian ibu melahirkan juga menjadi problem krusial yang memperihatinkan. Ini karena, kasus kematian ibu melahirkan masih cukup tinggi. Pada 2015 angka kematian ibu melahirkan ditargetkan menurun menjadi 103 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu melahirkan saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 kelahiran pada 2004.
Di tengah permasalahan itu, potret gizi Indonesia harus menjadi perhatian pemerintah guna melakukan tindakan antisipatif dalam rangka memberikan sosialisasi tentang pentingnya peningkatan gizi bagi anak balita. Langkah antisipatif itu perlu dilakukan, karena permasalahan gizi buruk seolah-oleh telah menjadi sindrom bagi rakyat miskin yang tidak memiliki kekuatan finansial untuk memberikan vitamin dan makanan yang bergizi bagi anak-anak mereka. Bahkan, seringkali kita melihat banyaknya anak balita yang terpaksa diberi makanan yang tidak layak dikonsumsi sehingga menyebabkan anak kekurangan gizi yang sangat berdampak pada kesehatannya. 
Melihat permasalahan gizi buruk yang menimpa anak Indonesia, Anda dan sangat tentu sangat prihatin dengan masa depan mereka kelak. Keperihatinan itu didasarkan pada peningkatan jumlah anak balita yang meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Strategi penanggulangan gizi buruk perlu dilakukan dalam memberikan kesadaran kepada orang tua akan pentingnya makanan yang mengandung suplemen maupun vitamin bagi kebugaran dan kekebalan fisik anak balita.
Kendati demikian, pemerintah tidak boleh lepas tangan melihat permasalahan gizi buruk yang menimpa anak Indonesia. Melalui Dinas Kesehatan, pemerintah perlu mengintruksikan pelayanan kesehatan bagi anak balita agar mendapatkan suplemen maupun vitamin yang dapat memperkuat keseimbangan tubuh anak. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan di berbagai daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengontrol dan mengawasi kesehatan anak balita yang kekurangan gizi. Dengan begitu, dapat terjadi sinergitas antara peran orang tua dan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan gizi buruk bagi anak balita Indonesia.
Melalui Dinas Kesehatan, kita bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang ada di daerah, semisal puskesmas, pustu, puskesdas, maupun posyandu yang dapat memberikan sosialisasi kesehatan bagi masyarakat di pedesaan. Namun, terkadang para orang tua jarang sekali memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah disediakan pemerintah setempat. Akibatkanya, kondisi kesehatan masyarakat terutama balita tidak dapat terkontrol.
Penanganan kasus gizi buruk mesti dioptimalisasikan secara lintas sektoral melalui pengembangan dan pemberdayaan kesehatan bagi masyarakat. Strategi pemerintah dalam menanggulangi kasus gizi buruk dapat dilakukan melalui program desa siaga, yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, serta meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
Lalu kenapa penangangan gizi perlu mendapatkan perhatian? Apa dampaknya bagi kecerdasan anak? Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menggambungkan informasi yang diperoleh, serta kemampuan menyesuaikan dengan situasi yang cepat dan efektif. Kecerdasan berkaitan langsung dengan kemampuan berpikir. Anak yang cerdas adalah anak yang tanggap, cepat paham, dan mampu menyelesaikan masalah-masalah tertentu dengan sangat mudah.
Kecerdasan merupakan salah satu fase dari perkembangan otak anak. Yang perlu ditekankan, kecerdasan adalah proses panjang dan berkesinambungan sehingga para ahli menganjurkan setiap anak harus mendapatkan gizi yang seimbang, beragam, dan mengandung empat sehat lima sempurna. Dengan gizi yang seimbang, kecerdasan anak akan semakin cepat berkembang dan mampu menangkap setiap pengetahuan yang diperolehnya.
Bila Anda mencermati bahwa otak manusia merupakan organ yang paling rumit dan paling istimewa dibandingkan dengan organ lainnya. Otak, secara struktur merupakan kumpulan dari jaringan syaraf, dan terdiri dari sekitar 50 miliar sel. Bersama-sama sumsum tulang belakang, otak membentuk sistem syaraf pusat. Perkembangan susunan saraf tersebut secara normal berlangsung sejak usia kandungan 25 hari hingga saat lahir. Namun, laju kecepatan tumbuh kembang otak tersebut dapat mengalami gangguan. Salah satu faktor yang dapat mengganggu adalah status gizi ibu yang mengandung dan menyusui, serta status gizi anaknya sendiri.
Kecerdasan anak sangat ditentukan oleh bagaimana perkembangan dan pertumbuhan otaknya saat dalam kandungan dan setelah kelahiran. Gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan merupakan penentu utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak dari sejak dalam kandungan sampai fase tersebut selesai. Kekurangan gizi akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan, kekurangan gairah belajar, menurunnya produktivitas dan kreativitas, serta meningkatnya risiko penyakit karena daya tubuh menurun.
Masa bayi sampai usia lima tahun yang relatif pendek merupakan kurun usia yang sangat penting dan kritis dalam kehidupan anak, karena sarat dengan proses tumbuh-kembang fisik dan psikososial yang berlangsung cepat, dan masa ini tidak pernah berulang. Masa lima tahun pertama ini merupakan masa keemasan yang menentukan bagi tumbuh-kembang dan pertumbuhan otak. Gizi yang baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, melindungi kesehatannya, serta meletakkan fondasi untuk masa depan produktivitas anak. Oleh sebab itu, pemberian gizi untuk anak menjadi kewajiban yang harus diperhatikan oleh para orangtua.

Komentar