Revolusi Kepemimpinan Pemuda

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

Di berbagai belahan dunia, sejarah telah membuktikan gerakan pemuda (youth movement)-termasuk di dalamnya gerakan mahasiswa- selalu menjadi pelopor terdepan dalam menentukan masa depan bangsa. Dengan kata lain, gerakan pemuda menjadi kekuatan utama yang melahirkan revolusi besar-besaran bagi perjalanan penting sebuah bangsa. Bahkan, revolusi pemuda di Prancis tahun 1968, bukan hanya melahirkan tatanan politik baru di negeri itu, melainkan juga melahirkan gagasan besar yang baru seperti fenemisme, gerakan anti-nuklir, dan ekologisme. (Robert Gildea, 1972).

Demikian pula dengan sejarah pemuda di Indonesia yang juga menghadirkan idealisme maupun perubahan revolusioner yang mengesahkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, telah melahirkan nasionalisme baru yang berupaya mencapai hakikat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Pemuda juga yang mendesak segera diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia yang sudah lama didamba. Dalam konteks ini, sejarah perjalanan bangsa tidak bisa dihilangkan dari sejarah memori silam yang amat mencenangkan dan menakjubkan.

Meminjam istilah Benedict Anderson dalam bukunya "Java in a Time of Revolution; Occupation and resistance, 1944-1946", bahwa pemuda merupakan kekuatan politik yang paling menonjol pada masa revolusi menjelang dan setelah kemerdekaan. Demikian juga dengan masa-masa transisi penting seperti pada tahun 1966-1998. Apa yang dikatakan Anderson tersebut, sesungguhnya mengindikasikan bahwa peran penting pemuda dalam sejarah perjalanan sebuah bangsa tidak bisa diabaikan begitu saja.

Pemuda diharapkan mampu menegakkan sendi-sendi kehidupan yang telah rapuh diterpa badai kehancuran. Kecerdasan pemuda dinantikan untuk membangun peradaban yang telah jatuh tersungkur dalam jurang kemerosotan akhlaq. Sikap kritis dan kepekaan pemuda dibutuhkan untuk mendirikan bangunan kebangsaan yang kokoh.

Peran yang disandang pemuda, sebagai agen perubahan (agent of change) dan agen kontrol sosial (agent of control social) masih sangat efektif dan kreatif dalam memposisikan peran pemuda di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, peran pemuda mempunyai kekuatan untuk melakukan gerakan-gerakan kemajuan (progress movement) yang dapat memberikan masukan konsktruktif kepada pemerintah.

Dengan peran sentral pemuda, segala kebijakan yang berkenaan dengan masa depan bangsa dan kesejahteraan masyarakat akan tetap terkontrol. Hingga, pada akhirnya memunculkan gagasan balance of power yang terjadi antara pemerintah sebagai pemegang kebijakan dengan rakyat sebagai pengontrol segala kebijakan.

Kepemimpinan yang prima takkan pernah tercapai, kecuali dengan menyediakan ruang hidup bagi jejaringan pemuda. Kepemimpinan yang dimaksud penulis adalah kemampuan profesional pemuda dalam membangun masa depan bangsa ke arah kemajuan yang siginifikan. Karena masa depan bangsa ke depan sangat bergantung kepada potensi yang dimiliki pemuda demi kemajuan peradaban bangsa yang gemilang.

Pada titik inilah, peran sentral pemuda dihadapkan pada satu tantangan yang luar biasa untuk membangun gaya kepemimpinan yang bisa diterima oleh masyarakat luas. Ini karena, kepemimpinan pemuda sangat menentukan terhadap arah dan masa depan bangsa ke depan, sehingga mau tidak mau mereka harus bisa menunjukkan performa yang baik (god performance) dalam memimpin suatu organisasi tertentu.

Dengan kata lain, pemuda dituntut untuk membangun citra positif yang bisa membawanya pada satu posisi yang strategis dalam suatu pemerintahan. (Mujab Mahalli, 2003). Citra positif tersebut perlu didukung dengan kemampuan dan kapabilitasnya dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Peran penting pemuda bagi perjalanan bangsa, secara faktual memang tidak bisa tergantikan oleh apa pun. Ini karena, pemuda dalam kesempatan mendatang, merupakan generasi penerus yang diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perbaikan dan kemajuan bangsa yang mengalami pelbagai macam krisis kepemimpinan.

Dalam konteks masa kini, problem kebangsaan yang dihadapi bangsa akan semakin krusial. Saya menyadari, bahwa bangsa ini telah mengalami krisis kepemimpinan yang cukup mempengaruhi cita-cita luhur bangsa kita tercinta. Dalam konteks ini, krisis kepemimpinan adalah terletak pada minimnya pemimpin masa depan yang berorientasi global dan berjiwa revolusioner serta memiliki semangat kebangsaan yang sangat tinggi.

Krisis kepemimpinan yang dimaksud di sini adalah tidak adanya pemimpin masa depan yang berorientasi global dan berjiwa revolusioner serta memiliki semangat kebangsaan yang berlipat ganda demi membangun negeri ini ke arah yang lebih menjanjikan. Tidak heran, kalau pemuda dinantikan menjadi "juru penyelemat" bangsa dari segala keterpurukan dan kehancuran, karena generasi tua yang diharapkan ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk memulihkan kondisi ekonomi yang sedang carut marut ini.

Dalam sosiologi pendidikan baru (new sociology of education), kaum muda dikatagorisasikan sebagai kelompok sosial yang signifikan, bahkan menjadi "kelas" tersendiri dalam lingkungan masyarakat. Sebagai kelas tersendiri, ada yang memandang kaum muda dengan penuh optimistik, tetapi juga ada yang pesimistik.

Sebagaimana yang ditulis oleh David Harris (1992) dalam "From Class Struggle to the Politics of Pleasure; The Effect of Gramscianism on Cultural Studies", bahwa yang optimistik melihat kaum muda sebagai agen perubahan sosial yang berfungsi sebagai pengotrol kebijakan pemerintah. Sementara yang pesimistis melihat kaum muda sebagai korban dari industri kebudayaan yang konsumeristik dan hedonistik. Itulah sebabnya, kita melihat dua sisi yang berbeda dari posisi strategis yang dimiliki kaum muda.

Karena itu, fenomena kemimpinan pemuda yang kelihatan instan dan "asal jadi", sesunguhnya bermuara pada penyebab gagalnya menyiapkan generasi muda terkini dalam menyongsong masa depan. Yang terkait disini adalah krisis keteladanan bangsa dari "kaum tua" sekaligus masih peliknya kondisi pendidikan Indonesia.

*Mohammad Takdir Ilahi,
Peneliti Utama The Mukti Ali Institute Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Direktur Utama The Annuqayah Institute Yogyakarta,
Alamat: Gg. Ori 02. No. 6-F Papringan Depok Sleman Yogyakarta.
Emael. tkdr_ilahi@yahoo.co.id.
No.Hp 08179445575.

Komentar