Membangun Citra Positif Orang Madura

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

Karakter orang Madura yang selama ini dikenal keras, sudah seharusnya dihilangkan dari permukaan. Karena bagaimanapun karakter tersebut, mengacu pada tindakan anarkisme dan intimidasi kepada orang lain. Terjadinya anarkisme dan intimidasi itu, tidak lepas dari karakter mereka yang keras, tanpa mempedulikan kepentingan orang lain.

Asumsi ini, pada dasarnya merupakan langkah primordial dalam memahami karakter orang Madura yang ber-image negatif bagi kalangan orang di luar Madura. Pandangan negatif seperti ini, semestinya perlu diinternalisasi dan dikontemplasikan secara mendalam oleh kalangan yang berkompeten terhadap masa depan Madura, agar pada perkembangan selanjutnya tidak terkesan sebagai daerah yang mempunyai karakter keras.

Upaya ini, sebenarnya tidak mudah untuk direalisasikan. Hal ini, membutuhkan tahapan demi tahapan dalam mengaplikasikan nilai-nilai kehidupan yang positif bagi orang Madura sendiri. Untuk menghilangkan asumsi negatif tersebut, diperlukan pendidikan sedini mungkin bagi generasi muda Madura, bahwa orang Madura yang oleh banyak kalangan dikenal keras tidak seperti apa yang dituduhkan mereka. Orang Madura secara faktual memiliki keperibadian baik, sopan santun, ramah, mandiri, dan memiliki kekuatan moral yang sangat kuat dibandingkan dengan daerah lain.

Kenyataan ini, perlu dan sangat penting untuk dikedepankan, sebagai pijakan fundamental untuk mengembalikan citra positif orang Madura. Sebab karakter yang keras, pada gilirannya akan memberikan kesan negatif terhadap orang-orang di luar Madura. Karena itu, pemahaman akan karakter orang Madura menjadi sebuah kenisayaan yang perlu diaktualisasikan.

Penyebab Tindakan Kekerasan

Kalau ditelusuri secara praktis, berdasarkan hasil penelitian penulis selama berada di pulau Madura, maka dapat disimpulkan beberapa penyebab terjadinya kekerasan yang melibatkan orang Madura sendiri. Pertama, rasa kecemburuan sosial yang terlalu berlebihan. Di kalangan masyarakat bawah, kecemburuan sosial memang menjadi salah satu pemicu terjadinya tindakan kekerasan yang melibatkan banyak kalangan.

Kecemburuan yang terjadi di masyarakat bawah, pada dasarnya lebih banyak terjadi di lingkungan keluarga. Karena lingkungan keluarga menjadi bahan perbincangan yang kerap kali menimbulkan perselisihan dan percekcokan. Di lingkungan keluarga, kita akan dihadapkan pada satu kehidupan yang serba dilematis. Hal ini memang sering muncul dipermukaan, terutama permasalahan perselingkuhan, perebutan harta warisan, pertengkaran antar saudara, pembunuhan antar keluarga sampai pada persoalan kecil sekalipun. Permasalahan kecemburuan sosial tersebut, pada akhirnya akan berimplikasi negatif terhadap masa depan generasi Madura sendiri.

Kedua, rasa dendam antara kedua belah pihak yang sedang berkecamuk. Rasa dendam yang berkecamuk ini, dapat berakibat fatal terhadap terjadinya pembunuhan massal yang memang sering terjadi di Madura.

Ketiga, rendahnya tingkat pendidikan orang Madura. Mayoritas tingkat pendidikan orang Madura sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini, dibuktikan dengan banyak anak muda Madura yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua mereka lebih suka anaknya bekerja untuk mencari uang dari pada menyekolahkan anak mereka ke lembaga-lembaga pendidikan. Kecendrungan orang tua tersebut, lebih banyak dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi yang pas-pasan, perpecahan keluarga, rendahnya pendidikan orang tua dan faktor-faktor lain yang menyebabkan anak mereka tidak melanjutkan pendidikannya. Rendahnya tingkat pendidikan orang Madura tersebut, pada gilirannya dapat berpengaruh pada mental dan masa depan mereka di masa mendatang.

Keempat, kurangnya pemahaman terhadap makna substansial ajaran agama. Secara faktual, mayoritas orang Madura adalah beragama Islam. Namun, ke-islaman mereka perlu diaktualisasikan dalam bentuk kehidupan nyata. Kebanyakan dari mereka hanya sekedar melaksanakan kewajiban sebagai orang Islam, akan tetapi pemahaman dan pelaksanaan yang terdapat dalam ajaran mereka tidak mampu dipraktekkan dengan baik. Hal ini, menurut hemat penulis perlu diinterpretasi kembali agar mereka semua sadar bahwa tindakan kekerasan bukan merupakan solusi terbaik dalam memecahkan persoalan.
Karenanya, pemahaman terhadap ajaran agama menjadi sangat penting untuk direvitalisasi. Sebab hal ini, akan memotivasi timbulnya kesadaran untuk memperbaiki diri dari tindakan yang semula merugikan orang lain ke arah tindakan yang dapat bermanfaat dan bernilai bagi kehidupan orang banyak.

Sebuah Tawaran Solutif

Menyikapi persoalan demikian, tidak seharusnya kita berpangku tangan melihat kenyataan yang sebenarnya. Yang perlu dilakukan saat ini adalah reaktualisasi untuk mengembalikan kepercayaan orang-orang di luar Madura tentang kesan negatif orang Madura. Pertama, melakukan intropeksi diri. Sikap ini, sejatinya harus dikembalikan kepada diri kita sendiri. Karena sebagai orang Madura, kita belum sepenuhnya sadar atas segala tindakan yang dilakukan. Seharusnya kita berkaca diri, memperperbaiki diri dan berupaya untuk tidak melakukan lagi tindakan yang bertentangan dengan prinsip kemanusian lebih-lebih agama.

Kedua, meningkatkan kepercayaan diri kepada orang-orang di luar Madura. Upaya ini sebenarnya merupakan tahapan penting yang perlu diaktualisasikan dalam rangka membangun kembali citra positif orang Madura. Untuk mengimplementasikan upaya ini, diperlukan konsistensi yang tinggi dalam mengupayakan sebuah pemahaman dan pengertian yang mendalam kepada orang-orang di luar Madura.

Ketiga, meningkatkan peran pendidikan secara penuh. Sampai saat ini, tingkat kemajuan pendidikan orang Madura belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Problem ini, lebih banyak diimplikasikan oleh kurangnya kesadaran masyarakat bahwa peran dan posisi pendidikan dalam kehidupan begitu sangat dibutuhkan. Tingkat kemajuan pendidikan pada gilirannya akan menjadi modal mendasar dalam membangun peradaban bangsa ke arah kemajuan yang lebih menjanjikan.

Keempat, meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai moral dalam kehidupan. Tak dapat dipungkiri, bahwa moral dalam sendi-sendi kehidupan menempati posisi yang sangat vital dan strategis. Karena dari sekian banyaknya persoalan kehidupan tidak lepas dari peran moral di dalamnya. Kita tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi dalam hidup ini kalau kemudian moral dikesampingkan dan diabaikan oleh orang. Tentu saja malapetaka akan menimpa kehidupan manusia secara keseluruhan. Karena itu, moral menjadi sebuah tonggah kemajuan bangsa dan kebaikan bagi masyarakatnya. Jika moral tidak menjadi landasan dalam kehidupan, maka kita akan menunggu kehancuran kehidupan ini.

Strategi ini, sebenarnya merupakan hipotesis awal dalam memberikan masukan dan tawaran solutif terhadap persoalan yang terjadi. Setidaknya dengan upaya-upaya tersebut, dapat menimalisir tindakan kekerasan yang melibatkan orang Madura.
Kembalinya citra positif orang Madura, pada akhirnya akan memberikan secercah harapan bagi perkembangan Madura di masa depan. Sehingga dambaan untuk membawa Madura ke arah kemajuan dapat menjadi kenyataan. Begitu juga potensi yang ada di Madura, yang perlu dikembangkan lebih lanjut, agar peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas benar-benar mampu memberikan nilai-nilai positif bagi orang-orang Madura sendiri. Wallahu a’lam bishawab!

Mohammad Takdir Ilahi, Esais dan Staf Peneliti The Mukti Ali Institute Yogyakarta.

Komentar