Kopassus dan Kedaulatan Negara

Oleh. Mohammad Takdir Ilahi

Hari Kopassus (Komando Pasukan Khusus) yang jatuh pada 16 April ini, menjadi momentum bagi prajurit tanah air untuk membuktikan loyalitas dan pengabdiannya kepada negara tercinta. Sebagai prajurit yang diberi tugas khusus, keberadaan Kopassus memang sangat dibutuhkan untuk mengawal kedaulatan negara dari ancaman terorisme maupun pemberontakan bersenjata yang meresahkan masyarakat.

Sejak pertama kali didirikan pada 16 April 1952, Kopassus telah memainkan peran strategis di bidang pertahanan dan militer Indonesia. Penggagas utamanya adalah Kolonel A.E. Kawilarang yang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku yang sangat mencekam bagi keamanan masyarakat waktu itu.

Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. A.E. Itulah mengapa, Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat. Pasukan yang bergerak tangkas dan cepat ini menjadi landasan pendirian sebuah komando besar yang bisa mewadai semua pergerakan dalam bidang militer.

Istilah Kopassus sendiri baru diresmikan sejak 26 Desember 1986, ketika muncul reorganisasi di tubuh ABRI. Maka, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus, agar semua elemen yang tergabung dalam komando Kopassus dapat dibina dengan disiplin dan keseriusan yang tinggi.

Tidak heran bila Kopassus adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Dengan kemampuan khusus seperti itu, Kopassus menjadi palang pintu pertahanan nasional yang sangat sentral dalam menjaga keamanan dalam negeri.

Sejak zaman orde baru, Kopassus telah berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat demi mengabdikan diri bagi keutuhan negara. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus, diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, dan berbagai operasi militer lainnya yang sulit diketahui secara keseluruhan.

Reformasi Citra

Kendati dianggap berperan besar dalam menjaga keutuhan negara dari disintegrasi, Kopassus juga tidak luput dari persoalan tudingan yang disematkan pada prajurit yang terlibat pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Terdapat banyak skandal yang mencoreng citra Kopassus sebagai pasukan khusus yang dianggap mempunyai disiplin tinggi dan semangat nasionalisme yang tidak diragukan lagi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan Kopassus tidak lebih sebagai tangan kanan pemerintahan orde baru yang sangat otoriter.

Kita bisa mencotohkan berbagai kasus yang melibatkan prajurit Kopassus yang diduga berada dibalik penculikan aktivis 1997/1998. Pada tahun itu pula, nama Kopassus sempat tercoreng berkaitan dengan aktivitas Tim Mawar yang dituding bertanggung jawab terhadap kegiatan penculikan dan penghilangan nyawa beberapa aktivis pro demokrasi.

Setelah Peristiwa Mei 1998, citra Kopassus kembali tercoreng ketika banyak hasil penelitian tim pencari fakta independen menemukan adanya organisasi terstruktur rapi dalam militer yang dengan sengaja dan maksud tertentu menyulut kerusuhan massa di Jakarta dan Surakarta.

Kita juga masih ingat tepatnya pada tahun 2007, dimana citra Kopassus kembali tercoreng dengan insiden pembungkukan Danjen Kopassus di depan Tommy Soeharto. Hal ini mengesankan Kopassus masih tunduk kepada kekuasaan Soeharto. Padahal, rakyat sudah cerdas mengamati berbagai inseden memalukan yang dilakukan satuan Kopassus. Itulah sebabnya, diperlukan reformasi citra agar peran strategis Kopassus tetap fokus pada tegaknya kedaulatan negara tanpa merasa takut dengan negara lain.

Kedaulatan Negara

Salah satu misi berdirinya Komando Pasukan Khusus, yang telah berusia 58 tahun adalah melaksanakan operasi khusus dalam rangka menegakkan kedaulatan dan keutuhan negara serta melindungi segenap bangsa dan seluruh rakyat Indonesia. Artinya, bisnis inti Kopassus adalah memfokuskan latihan dan struktur kekuatannya pada misi ini.(Kompas, 15/04/ 2009)

Dalam jangka 58 tahun ini, misi-misi yang diemban dan diselesaikan dengan prestasi tinggi oleh Kopassus masih terfokus pada persoalan penegakan kedaulatan dan keutuhan negara, mengikuti pola berpikir pertahanan dan keamanan lama tentang deteren sebagai prinsip utama strategi militer. Tugas utama yang dibebankan kepada Kopassus tidak bisa ditawar dengan apa pun, karena hal itu menyangkut keutuhan bangsa agar tidak hancur berkeping-kepin.

Kita bisa mencermati ancaman disintegrasi bangsa yang diakibatkan oleh pemberontakan bersenjata dan berbagai gerakan protes mengganggu stabilitas dalam negeri. Persepsi pemikiran keamanan ini terjadi ketika peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, dan masih mencari bentuknya yang baru ketika peran sosial-politik tentara dikebiri memasuki era reformasi 1998.

Sementara itu, ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan bergeser pada ancaman serius yang dapat meluluhlantahkan guncangan ekonomi, rasa ketakukan, merebaknya tindakan anarkisme yang mengusung label agama. Dalam artian, kita tengah menghadapi terorisme yang mengikuti pola perubahan politik global pascaserangan udara terorisme terhadap AS tahun 2001sehingga turut menghancurkan simbol liberalisme supremasi demokrasi dunia.

Sudah saatnya, Kopassus memanfaatkan momentum ini sebagai tolak ukur untuk mengukir masa depan yang gemilang dengan meninggalkan sejarah masa lalu yang suram. Walaupun pada hakikatnya, kita tidak boleh melupakan sejarah masa lalu, namun paling tidak kita mampu mengelola masa lalu itu menjadi sebuah inspirasi masa depan yang cemerlang. Salah satunya adalah memperkokoh misinya ”melindungi segenap bangsa dan seluruh rakyat Indonesia”.

*Mohammad Takdir Ilahi, Peneliti Utama The Annuqayah Institute Jogjakarta. Emael. tkdr_ilahi@yahoo.co.id.

.

Komentar